Mandailing atau Mandheling adalah nama suku yang mendiami bagian utara Pulau Sumatera.
Saat ini memang kita mengenal nama Mandailing juga digunakan untuk nama kebupaten Provinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Mandailing Natal, namun keberadaan suku Mandailing bukan hanya terletak di daerah tersebut saja keberadaan suku Mandailing tersebar di Pulau Sumater bahkan hingga Malaysia.
Asal Usul Mandailing Natal.
Menurut etimologis, Mandailing merupakan gabungan dari dua kata: “mande”, yang berarti “ibu”, dan “iling” atau hilang.
Namun mengenai nama Natal yang menyertai nama kabupaten tersebut, masih ada perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan bahwa bangsa Portugis lah yang memberi nama ini karena ketika mereka tiba di pelabuhan di daerah pantai barat Mandailing mereka berpendapat bahwa pelabuhan alam ini mirip dengan pelabuhan Natal di ujung selatan Benua Afrika.
Ada pendapat pula yang menyebutkan bahwa armada Portugis tiba di pelabuhan ini tepat pada hari Natal, sehingga mereka menamakan pelabuhan tersebut dengan nama Natal. Namun ada yang menyanggah dan menegaskan bahwa nama Natal bukan pemberian Portugis melainkan dari bahasa setempat.
Natal konon berasal dari kata “natarida” yang artinya yang tampak (dari kaki Gunung-gunung Sorik Marapi di Mandailing). Ungkapan ini kemudian berubah menjadi Natar. Sampai kini masih banyak orang Mandailing menyebut Natar untuk Natal, termasuk Batang Natar untuk Batang Natal.
Mandailing di Masa Lalu.
Mandailing adalah daerah yang penting di Nusantara.
Hal ini dibuktikan dengan adanya nama Mandailing pada Negarakertagama karya Mpu Prapanca, sejarawan kerajaan Majapahit, kerajaan adidaya di Pulau Jawa pada masa lalu.
Nama Mandaling muncul pada stanza pertama syair ke-13 Negarakertagama. Tidak sembarang nama daerah yang dimunculkan di Negarakertagama, hanya daerah yang memiliki sumber daya alam berlimpah dan memiliki posisi pentinglah yang muncul dalam Negarakertagama.
Bicara mengenai posisi yang penting, keberadaan Mandailing Natal memang sangat penting, daerah tersebut berada diantara dua komunitas yang berbeda sistem kekerabatannya, yaitu Batak Toba di Tapanuli Utara yang menganut sistem keturunan berdasarkan dari Ayah (Patrilineal) dan Minangkabau yang menganut sistem keturunan dari Ibu (Matrilineal) di Sumatera Barat.
Hal ini yang menyebabkan masyarakat mandailing mengalami proses penggabungan nilai nilai budaya (akulturasi) dari kedua komunitas tersebut dan menciptakan satu bentuk kebudayaan yang baru. Oleh karena itu ada masyarakat yang tidak mengakui jika Mandailing adalah bagian dari Suku Batak yang ada di Sumatera Utara, karena dari segi bahasa dan budaya mereka sangat berbeda.
Kopi Nikmat dari Mandailing.
Sumber daya alam Mandailing sudah diakui sejak dulu.
Selain namanya yang tercatat dalam Negarakartagama karenan keberadaannya yang penting, kekayaan alam Mandailing juga yang membuat para penjajah mengunjungi daerah tersebut.
Setelah Portugis, Belanda juga melakukan penjajahan di daerah Mandailing ini. Penjajahan memang jadi bagian kelam negeri kita, namun ada peninggalan berharga dari penjajahan yaitu diperkenalkannya kopi di Nusantara.
Kopi pertama yang ditanam di Mandailing adalah kopi berjenis arabika, kopi tersebut ditanam di daerah Pekantan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara dengan bibit utama yang berasal dari Kopi Jawa. Setelah itu, barulah kemudian perkebunan kopi Mandailing diperluas hingga ke daerah Tapanuli Utara, Dataran Tinggi Aceh Gayo, hingga Aceh Tengah.
Kopi ini sempat diulas oleh beberapa ahli kopi dunia sebagai kopi dengan citarasa terbaik di dunia. Salah satunya adalah William H Ukers, yang mengatakan didalam dalam bukunya yang diterbitkan di New York pada tahun 1922, bahwa kopi ini menjadi kopi terbaik di dunia, sehingga wajar jika saat itu kopi Mandailing menjadi salah satu kopi termahal di dunia.
Cita Rasa Kopi Mandailing.
Kopi Mandailing memiliki cita rasa yang diakui dunia.
Meskipun saat ini kopi Mandailing sudah bukan kopi termahal dunia, namun kopi ini masih jadi favorit penggemar kopi dari mancanegara. Taji kopi Mandaling ini diakui oleh Duta Besar Indonesia untuk Swiss. Menurutnya kopi Mandailing jadi kopi yang paling digemari oleh masyarakat Swiss. Selain Swiss, ada banyak permintaan dari negara Eropa lainnya bahkan hingga Amerika, Selandia Baru dan Tiongkok.
Keunikan yang jadi kegemaran banyak orang saat menikmati kopi Mandailing adalah semerbak wangi bunga liar (floral) yang begitu wangi. Selain itu, jika dibanding dengan jenis kopi arabika sumatra lainnya, tingkat keasaman atau acidity Kopi Mandailing cenderung paling rendah.
Aftertaste yang manis juga merupakan salah satu karakter yang khas kopi Mandailing ini. Aftertaste manis ini seolah menjadi penawar lidah setelah menyesap body yang sedikit tebal. Perpaduan rasa manis serta asam yang tidak terlalu tinggi ini menjadi favorit orang-orang yang suka ngopi tapi punya lambung yang sensitif.
Nikmat sekali bukan Kopi dari penjuru utara Pulau Sumatera ini ? untuk kalian yang ingin menikmati kopi Arabika Mandailing kualitas terbaik, kalian bisa mendapatkannya hanya di Kopi Petani.
Leave a Reply
Anda harus masuk untuk berkomentar.